PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif adalah cara
berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang
bersifat khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam besi, alumunium, tembaga
dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini
dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah
panjang. Biasanya penalaran induktif ini disusun berdasarkan pengetahuan yang dianut
oleh penganut empirisme.
Contoh penalaran induktif adalah :
kerbau punya mata. anjing punya mata.
kucing punya mata: setiap hewan punya mata.
Penalaran induktif membutuhkan banyak
sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu
penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.
Penalaran induktif dimulai dengan
pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran
atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Perbedaan dari penalaran deduktif dan
induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif
menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi
yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
Induktif terbagi 3 macam,yaitu:
Generalisasi yaitu proses penalaran dengan cara
menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
Contoh :
Hasil UTS mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk kelas 3EB22 telah keluar. Ternyata dari 40 mahasiswa
hanya 10 orang yang mendapat nilai 90. Setengahnya mendapat nilai antara 80 –
65 dan tidak ada seorang pun yang mendapat nilai di bawah 65. Itu berarti dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa kelas 3EB22 cukup pintar dalam mengerjakan soal
Bahasa Indonesia.
Macam – macam
generalisasi :
Generalisasi sempurna
yaitu generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan
penyelidikan. Contoh : sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi
dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan
juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Generalisasi ini dapat menghasilkan
kebenaran bila melalui pengujian yang benar.
Generalisasi juga bisa dibedakan
dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan
induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-41)
Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan
induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi
yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang
diajukan. Contoh : Sisa suka berenang.Deni juga suka berenang.Reni suka main
bola.Teti suka main bulutangkis.Dapat disimpulkan bahwa anak-anak komplek
bahari suka olahraga.
Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta
yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang
untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat
orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk
menyimpulkannya. Contoh: Rika suka bermain bola basket.Rino juga suka bermain
bola basket.Tino suka bermain sepak bola.Jadi dapat disimpulkan ke tiga anak
tersebut menyukai permainan bola.
Anologi
Dalam analogi, kita membandingkan
dua macam hal.Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya,tanpa
memperhatikan perbedaannya.Jadi,kesimpulan yang didapat didasarkan pada
persamaan diantara dua hal yang berbeda.
proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
Tujuan dari penalaran secara analogi
yakni ;
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh : Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
Hubungan kausal yaitu penalaran yang diperoleh dari
gejala – gejala yang saling berhubungan.
Contoh :
Jika dipanaskan, tembaga
memuai.
Jika dipanaskan emas
memuai
Macam – macam hubungan
kausal :
a. Sebab - akibat
Contoh :
Sejumlah pengusaha
angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena pendapatan yang mereka peroleh
tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya pendapatan karena sebagian besar
penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan tarif yang sudah ditetapkan, akibat
ketidakmampuan ekonomi. (Sumber : Kompas, 10 Mei 2008).
b. Akibat -sebab
Contoh :
Andi mendapat nilai yang
memuaskan pada ujian semester kenaikan kelas. Dia mendapat rangking pertama di
kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini dia dapatkan karena belajar yang sangat
tekun setiap harinya.
c Akibat – akibat
Contoh :
Kemarin Lusi mengalami
kecelakaan akibat menabrak pembatas jalan. Akibat dari kecelakaan tersebut dia
mengalami patah kaki dan harus dirawat di rumah sakit.
Sumber
:
http://pratiwi-19.blogspot.com/2012/03/penalaran-induktif_683.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/definisi-penalaran-induktif-dan-contohnya/
http://robiantocokro.wordpress.com/2011/12/13/penalaran-induktif/
http://hendra-eka.blogspot.com/2012/12/jelaskan-dengan-contoh-penalaran.html